Tiga orang wisatawan mancanegara (wisman) yang belum diketahui identitasnya kembali bikin ulah dan nekat naik ke gunung agung saat erupsi.Peristiwa tersebut terekam dari video durasi sekitar 48 detik yang beredar di media sosial (medsos).
Video ini pun langsung menjadi viral lantaran tiga orang pendaki kalang kabut menyelamatkan diri saat melihat letusan yang diiringi asap berwarna kelabu.
Tiga orang pendaki tampak langsung berlari ke bawah menuruni tebing dengan hati-hati. Mereka terlihat panik lantaran abu warna hitam membumbung tinggi ke langit. Nafasnya terengah - engah menyusuri tebing terjal.
Dikonfirmasi terpisah oleh Tribun Bali, Minggu (24/2), Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Karangasem, IB Ketut Arimbawa menyayangkan kejadian tersebut mengingat kondisi gunung agung belum stabil, dan berpotensi meletus.Apalagi si bule naik gunung agung mengalami erupsi.
"Pendaki naik saat erupsi dua hari lalu. Videonya kan sudah viral. Orangnya nggak jelas karena hanya ada video,"kata Arimbawa, mantan Kabid Pemadam Kebakaran (Damkar), Dinas Perhubungan dan Damkar (Dishub & Damkar) Karangasem.
Seperti diketahui sebelumnya, Gunung Agung, Bali kembali erupsi pada tanggal 22 Februari 2019 pukul 16.31 Wita dengan tinggi kolom abu teramati ± 700 m di atas puncak (± 3.842 m di atas permukaan laut).Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang condong ke arah timur.Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 11 mm dan durasi ± 6 menit 20 detik.
Saat ini gunung agung berada pada Status Level III (Siaga) dengan rekomendasi:
(1) Masyarakat di sekitar gunung agung dan pendaki/pengunjung/wisatawan agar tidak berada, tidak melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas apapun di Zona Perkiraan Bahaya yaitu di seluruh area di dalam radius 4 km dari Kawah Puncak gunung agung. Zona Perkiraan Bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan gunung agung yang paling aktual/terbaru.
(2) Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di gunung agung agar mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan yang dapat terjadi terutama pada musim hujan dan jika material erupsi masih terpapar di area puncak. Area landaan aliran lahar hujan mengikuti aliran-aliran sungai yang berhulu di gunung agung.
Kepala Sub Bidang Mitigasi Pengamatan Gunung Api Wilayah Timur, PVMBG, Devy Kamil Syahbana mengatakan, erupsi gunung agung tadi terjadi dua kali yaitu pada pukul 16.31 Wita dengan ketinggian 700 m di atas puncak, dan pada pukul 17.01 Wita dengan ketinggian 300 m di atas puncak.Dampak erupsi berupa lontaran maupun hujan abu di sekitar area kawah.Kolom erupsi teramati condong ke Timur namun arah angin sendiri mengarah ke Barat sehingga abu vulkanik berpotensi bergerak ke Barat.
"Mengingat adanya abu vulkanik yang dikeluarkan, maka PVMBG juga mengeluarkan VONA dengan kode warna orange supaya instansi terkait penerbangan udara dapat mengantisipasi lebih cepat," terangnya.
Analisis data komprefensif dari jaringan peralatan pemantauan gunung agung menunjukkan bahwa dalam beberapa hari terakhir ini terjadi peningkatan aktivitas magmatik di dalam tubuh gunung agung sehingga erupsi yang terjadi merupakan suatu keniscayaan dan wajar terjadi.
Pasca erupsi ini, gunung agung masih tetap berpotensi untuk erupsi kembali.Tipe erupsi yang mungkin terjadi dapat bersifat efusif (aliran lava ke dalam kawah) maupun eksplosif (lontaran lava pijar maupun abu).
Indikasi untuk terjadinya erupsi yang besar atau yang setara dengan November 2017 lalu masih belum teramati.Saat ini status aktivitas gunung agung masih berada di Level III (Siaga) dan radius bahaya masih berada di dalam radius 4 km.PVMBG terus melakukan pemantauan 24 jam setiap hari untuk mengevaluasi ancaman bahayanya.
No comments:
Post a Comment